Di tengah denyut nadi kehidupan yang kian dinamis, umat Islam kembali diajak untuk merenungkan makna mendalam dari setiap hembusan napas dan detak jantung. Sebuah momentum spiritual agung tengah membentang di hadapan, yaitu Mujahadah Kubro Wahidiyah. Sebagai bentuk persiapan lahir dan batin, segenap pengamal Wahidiyah di seluruh penjuru negeri, tak terkecuali di Demak, Jawa Tengah, kini tengah khusyuk melaksanakan Mujahadah 40 Hari.
Mujahadah secara harfiah berarti bersungguh-sungguh atau berjuang dengan sekuat tenaga. Dalam konteks spiritual Wahidiyah, mujahadah merupakan latihan jiwa yang intensif melalui amalan-amalan khusus, terutama pembacaan shalawat Wahidiyah. Mujahadah 40 Hari ini bukanlah sekadar ritual menjelang acara besar, melainkan sebuah proses penyucian diri, pembersihan hati dari segala keruh dan noda yang menghalangi pancaran nur ilahi.
Mengapa 40 hari? Angka ini memiliki signifikansi yang mendalam dalam tradisi spiritual berbagai agama dan kepercayaan. Dalam Islam, Nabi Musa عليه السلام bermunajat di Bukit Sinai selama 40 hari, dan Rasulullah Muhammad ﷺ menerima wahyu pertama setelah berkhalwat selama periode yang sama di Gua Hira. Periode 40 hari diyakini sebagai waktu yang cukup bagi jiwa untuk mengalami transformasi yang signifikan, untuk melepaskan kebiasaan buruk dan menanamkan benih-benih kebaikan.
Dalam Mujahadah 40 Hari penyongsongan Mujahadah Kubro Wahidiyah, para pengamal secara istiqamah melazimkan amalan-amalan Wahidiyah, seperti pembacaan shalawat, dzikir, dan tawajjuh. Mereka berupaya untuk meningkatkan kualitas ibadah, memperbanyak amal kebajikan, serta menjaga lisan dan perbuatan dari hal-hal yang sia-sia dan tercela. Suasana khusyuk dan penuh harap terasa di berbagai majelis dzikir dan rumah-rumah pengamal, menciptakan gelombang energi spiritual yang positif.
Mujahadah ini menjadi momentum refleksi diri yang mendalam. Para pengamal diajak untuk menelisik kembali niat dan tujuan hidup, membersihkan hati dari penyakit-penyakit ruhani seperti riya, ujub, dan takabur. Dengan hati yang bersih dan jiwa yang lapang, diharapkan para pengamal dapat menyambut Mujahadah Kubro dengan kesiapan yang optimal, sehingga mampu meraih limpahan barakah dan fadhilah yang terkandung di dalamnya.
Lebih dari sekadar persiapan individu, Mujahadah 40 Hari ini juga mempererat tali persaudaraan antar sesama pengamal Wahidiyah. Mereka saling mengingatkan, memotivasi, dan berbagi semangat dalam menjalankan amalan. Kebersamaan dalam beribadah ini menciptakan ikatan batin yang kuat, menumbuhkan rasa cinta dan kepedulian, yang menjadi salah satu esensi dari ajaran Wahidiyah.
Mujahadah Kubro Wahidiyah adalah momentum agung yang dinanti-nantikan. Di dalamnya, jutaan hati akan bertaut dalam munajat yang khusyuk, memohon rahmat dan ampunan Allah Subhanahu wa Ta'ala, serta memanjatkan shalawat kepada junjungan Nabi Muhammad ﷺ. Mujahadah 40 Hari ini adalah gerbang pembuka, sebuah proses pematangan spiritual yang akan mengantarkan para pengamal menuju puncak kekhusyukan dan keberkahan dalam Mujahadah Kubro.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menerima seluruh amal ibadah para pengamal Wahidiyah, melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta menjadikan Mujahadah Kubro Wahidiyah sebagai momentum kebangkitan spiritual umat Islam menuju kehidupan yang lebih baik dan diridhai-Nya. Amin ya Rabbal 'alamin.