Pintu Wusul PENGAMAL WAHIDIYAH – Beliau Syaikhuna Al-Fadhil AI-‘Alim Al Allamah AI-‘Arif Billah, H. Abdoel Madjid Ma’roef QS Muallif (penyusun) Sholawat Wahidiyah adalah satu-satunya pintu wusul umat masyarakat pengamal Wahidiyah menuju sadar Ma’rifat Billah wa Rosuulihi Shollalloohu ‘alalhi wasallam.
Pintu Wusul PENGAMAL WAHIDIYAH
Dengan ungkapan bahasa yang indah, untaian kata yang membawa berkah, terjiwai mahabbah dzauqiyah dan pancaran nur imaniyah yang terkandung dalam susunan Sholawat Wahidiyah adalah merupakan suatu bukti bahwa Muallifnya adalah orang yang arif Billah, sempurna dan agung di sisi Allah SWT wa Rosuulihi Shollalloohu ‘alaihi wasallam. Kedudukan Beliau QS ini sebagaimana yang dikatakan Syekh Musthofa Thumum RA. dalam kitab manaqib Sayyid Muhammad Sirnjl-khotami Al-Mirqoni RA hal. 18:
Artinya : “Sesungguhnya sirrinya seorang wall itu ada dalam hizibnya dan maqomnya ada dalam susunan Sholawatnya alas Nabi Shollalloohu alaihi wasallam. Maka beberapa sifat Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam yang tercantum dalam susunan Shalawatnya adalah menunjukkan derajal dan maqom wali itu”.
(Ini derajat dan ciri yang tidak bisa dijiplak oleh siapapun, tidak pula bisa diturunkan kepada siapapun. Red)
Muallif Sholawat Wahidiyah adalah seorang Kamil Mukammil
Maka kiranya tidak berlebihan apabila kita tetap berkeyakinan bahwa beliau Muallif Sholawat Wahidiyah adalah seorang Kamil Mukammil, Ghouts dan Mujaddid (pembaharu) bidang mental dar rohani di zaman ini.
Terbukti, di zaman ini Beliau senantiasa membimbing umat masyarakat untuk sadar kepada Allah wa Rosuulih SAW dengan suatu bimbingan yang praktis yang lazim kita kenal dengan Ajaran Wahidiyah; Lillah-Billah, Lirrosul-Birrosul, Lilghouts-Bilghouts, Yu’tii Kullaa Dii Haqqin Haqqoh, Taqdiimul Aham Fal Aham Tsummal Anfa’ Fal Anfa’. Dan ajaran ini adalah ajaran yang berdasarkan Al-Qur’an, Al-Hadits Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam dan Ijma’ para Ulama’ Salafus Sholihin.
Sholawat Wahidiyah Dan Ajarannya
Sholawat Wahidiyah dan ajaranya oleh beliau telah diijazahkan secara mutlak kepada seluruh masyarakat tanpa pandang bulu dan golongan untuk diamalkan dan disiarkan kepada orang lain sesuai dengan tuntunan dan aturan yang telah dibimbingkan.
Maka orang yang sudah mengamalkan Sholawat Wahidiyah, baik yang menerima langsung atau tidak dan Beliau QS adalah disebut Pengamal Sholawat Wahidiyah atau Pengamal Wahidiyah atau Pengamal. Dan orang yang sudah disebut sebagai pengamal adalah berkedudukan sebagai murid Beliau Qs, “Siapapun orangnya“. Dan setiap yang berpredikat sebagai murid adalah wajib taat dan patuh terhadap apa yang telah dibimbingkan oleh gurunya atau istilahnya “Pasrah Bongkoan”.
Artinya : “Seorang murid terhadap gurunya harus seperti mayit di bawah kedua tangan orang yang memandikannya”.
Murid yang tercatat sebagai anak rohani
Murid yang telah tunduk dan patuh terhadap keputusan dan bimbingan gurunya, ia tercatat sebagai anak rohani dan sebaik-baik anak pewaris ilmu sirri gurunya.
Sayyid Ibrohim Ad-Dasuqy RA berkata:
Artinya : “Anaknya hati (rohani) itu lebih baik dari pada anak keturunan jasmani. Anak jasmani adalah sebagai pewaris lahir dari hartd waris, dan anak hati adalah sebagai pewaris bathin dari ilmu sirri”.
Lembaga Penyiar Sholawat Wahidiyah
Selain Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyiah, Penyiar Sholawat Wahidiyah (PSW) adalah satu-satunya Lembaga atau organisasi dalam Perjuangan Wahidiyah yang dibentuk oleh Muallif pada permulaan tahun lahirnya Sholawat Wahidiyah tahun 1964.
Selanjutnya Beliau QS memberi tugas dan wewenang kepada lembaga atau organisasi PSW ini untuk mengatur kebijaksanaan dan bertanggungjawab di dalam Perjuangan Wahidiyah meliputi bidang Pengamalan, Renyiaran, Pembi naan dan Pendidikan Wahidiyah, serta mengusahakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Perjuangan Wahidiyah.
Penyiar Sholawat Wahidiyah (PSW)
Penyiar Sholawat Wahidiyah (PSW) sebagai suatu lembaga khidmah bisa disebut sebagai thoriqoh dan sunnah Beliau Muallif Sholawat Wahidiyah QS. Maka seluruh pengamal Sholawat Wahidiyah, baik yang menyadari maupun tidak, adalah sebagai murid Beliau Muallif Sholawat Wahidiyah QS. Dan seorang murid wushul ma’rifat Billah itu wajib mengamalkan thoriqoh atau sunnah gurunya, seba-gaimana disebutkan dalam kitab Taqriibul-usu hal. 228:
Artinya : “Seorang murid wushul ma’rifat itu menghapus atau meleburkan pedapat dan kemauannya dengan pendapat dan kemauan guru (mengikuti dan mentaati keputusan gurunya}. Barang siapa melakukan perkara dengan mengikuti pendapatnya sendiri, maka ia sudah tidak termasuk muridnya.”
Maka mematuhi dan mentaati semua bimbingan Beliau Muallif Sholawat Wahidiyah adalah syarat mutlak yang harus dilaksanakan oleh seluruh pengamal Wahidiyah, “Sam’an wa thoatan wa tadhiiman wa mahabbatan.
Tanpa mematuhi dan mentaati bimbingannya, maka sangat sulit bagi pengamal wahidiyah bisa menembus pintu wushul sadar ma’rifat Billah, sebab hanya Beliau Muallif Wahidiyah satu-satunya pintu wusul hakiki yang bisa mengantar wusul seluruh pengamal Wahidiyah menuju sadar Ma’rifat Billah wa Rosulihi SAW; Dalam Thobiqotul Kubro juz I hal 170 dan Bahjatus-saniyah hal. 27 disebutkan :
Artinya : “Modal pokok murid wushul ma’rifat itu mencintai gurunya dengan cinta imaniyah tunduk patuh kepadanya, tidak me-nentang dan tidak melakukan suati yang berlawanan dengan keputusan gurunya. Ketika seorang murid setiap bar bertambah rasa cinta dan penyerahan kepada gurunya, selamatlah ia dar terputusnya . tarbiyah dari gurunya Sesungguhnya menentang sunah dar keputusan guru, memalingkan perhatian kepada guru lain dan mengganti keputusarnyang sudah ditetapkan gurunya adalah yang memutuskan tarbiyah dan nadhroh gurunya serta menjadi hijab yan$ menggagalkan tujuan murid”.
Cinta kepada guru
Cinta kepada guru kami yang dimaksut itu adalah cinta imaniyah (cinta yan tumbuh dari nurnya iman atas keagungan dan kesempurnaan guru) seperti cinta kepada Rosuululloh Shollalloohu alaihi wasallam. Bukan cinta dari watak fisik yan disebut mahabbah basyariyah (cinta nafsu seperti cintanya anak dengan orang tuc cintanya suami istri dsb.
Dalam kitab Al-Ibris hal. 210 disebutkan:
Artinya : “Sesungguhnya semangatnya guru kamil itu dari nur iman Billahnya. Billahnya yang membimbing dan meningkatkan murid dari tingkat ke tingkat selanjutnya Oleh sebab itu apabila cinta murid kepada gurunya itu dari nur imaniyah, maka memancarlah nur ma’rifat guru kepada muridnya, baik ketika guru itu ada atau tidak, bahkan sekalipun guru itu sudah meninggal dalam seribu tahun yang lalu Dari sinilah para wali Allah setiap kurun (abad) selalu berusaha mendapatkan pancaran nur imannya Rosuulillah Shollalloohu ‘alaihi wasallam, dan Beliau Shollalloohu ‘alaihi wasallam membimbing dan meningkatkan mereka karena cinta mereka adalah cinta yang bersih dan mumi dari nur imannya. Dan apabila cinta murid kepada gurunya itu muncul dari pengaruh tabi’at fisik tidak dari nur imannya atas keagungan gurunya, maka cinta itu hanya bermanfaat ketika gurunya hadir, dan ketika pisah (tidak bertemu) putuslah nadhrohnya.”
Memutuskan tarbiyah dan nadhroh
Demikian pula yang bisa memutuskan tarbiyah dan nadhroh guru ma’rifat itu apabila murid sudah merubah keyakinannya kepada guru lain yang dianggap setingkat atau pengganti gurunya.
Dikatakan dalam kitab Al-lbris hal 237
Artinya : “Sesungguhnya guru kamil ketika melihat muridnya telah memalingkan keyakinannya kepada guru lain, maka putuslah tarbiyah dari gurunya, dan murid tidak akan dapat menerima manfa’at dari keduanya, baik guru pertama maupun yang kedua”.
Dikatakan dalam kitab Taqriibul-Ushul
Artinya : “Seharusnya bagi orang yang berkhidmah (berguru wushul) kepada pembesar wali kamil setelah ditinggal wafat tidak perlu berguru kepada orang yang tingkatannya ada di bawahnya, kecuali ia menemukan orang yang ebih sempurna segala-galanya dari gurunya”.
Pendapat Syekh Ahmad Al-Mubarok
Dalam kitab Al-Ibris hal 210 disebutkan
Artinya : “Syekh Ahmad Al-Mubarok, pengarang kitab Al-Ibris berkata: “Sebagian orang orang sholeh menceritakan setelah ditinggal wafat gurunya; “Aku memaksa diriku untuk selalu berziarah ke maqom guruku, maka pada malam aku bermimpi beliau berkata kepadaku; “Sesungguhnya keberadaanku tidak dibatasi di alam kubur, bahkan keadaanku ada di seluruh alam ini, dan di mana saja kamu ingin bertemu denganku, pasti kamu menemukannya dan ketika kamu tawasul melalui aku, aku menyertaimu Kemudian beliau menunjuk ke seluruh alam ini seraya berkata; “Saya ada di alam ini semua, dan janganlah kamu menyangka bahwa aku adalah Tuhanmu, karena Tuhan tidak dibatasi alam, sedangkan aku masih dibatasi alam. Inilah yang aku dengar dari perkataan guruku”.
Dalam Taqriibul Ushul hal 68 disebutkan
Artinya : “Syekh Ali Wafa RA berkata . tanda-tanda keselamatan seorang murid dalam berhubungan dengan gurunya ada tiga; Pertama, mencintai gurunya dengan mengikuti semua keputusannya. Kedua, melaksanakan apa yang didengar dari gurunya (langsung atau tidak). Ketiga, semua kehendaknya harus sesuai dan cocok dengan ke hendak gurunya”.
Penutup
Maka kita harus berhati-hati dalam mengamalkan dan ikut menyiarkan Sholawat Wahidiyah. Pada hakekatnya beliau mampu menyiarkan Sholawat Wahidiyah kepada umat masyarakat tanpa bantuan kita. Namun karena kearifan dan keagungan Beliau Muallif, maka beliau menghargai dan memberi kepercayaan kepada kita untuk ikut menyiarkan Sholawat Wahidiyah kepada masyarakat Akan tetapi dengan kepercayaan yang diberikan kepada kita, bukan berarti akan merubah predikat dan status kita sebagai pengamal dan murid belaiu yang wajib taat dan patuh terhadap apa yang telah dibimbingkan dan ditetapkan. (KH. Moh. Jazul Yusuf – Malang).